Tampilkan postingan dengan label 2009. Tampilkan semua postingan

He’s Just Not That Into You

Tema cinta dan pencarian Mr. atau Mrs. Right tidak pernah lelah dibuat sebagai alur cerita film. Tidak seperti kisah percintaan biasa, He’s Just Not That Into You mengangkatnya dengan tebaran karakter dan persoalan disana-sini. Sebenarnya ini bukan resep baru, karena Love Actually pernah mengusungnya dengan indah dengan latar belakang Natal. Bahkan, film Indonesia berjudul Love juga ikut menyajikan berbagai macam rasa cinta lewat tokoh-tokoh yang diangkatnya. Kini, muncul deretan tokoh dengan masalah cintanya masing-masing yang dikaitkan lewat hubungan pertemanan tiga orang wanita yang bekerja di sebuah produk katalog.

Mengambil setting di kota Baltimore, kisah pertama dibuka dengan petualangan cinta yang penuh kesialan dari Gigi Haim (Ginnifer Goodwin). Copywriter ini selalu salah dalam menerjemahkan apa yang diinginkan pasangannya. Setelah ditolak oleh Conor Barry (Kevin Connoly), ia mulai berkencan dengan sahabat Conor, Alex (Justin Long). Teman kerja Gigi, Jastine Gunders (Jennifer Connelly) mengalami masalah rumah tangga. Suaminya, Ben (Bradley Cooper) tercium berselingkuh dengan seorang instruktur yoga, Anna Taylor (Scarlett Johansson). Anna sendiri sebenarnya tengah dekat dengan Conor, meski dirinya tidak mencintai pria ini.

Teman Gigi yang lain, Beth Bartlett (Jennifer Aniston) juga mengalami masalah percintaan mengambang bersama kekasihnya, Neil Jones (Ben Affleck). Setelah hidup bersama sekitar 7 tahun, Neil tak kunjung berniat untuk meminangnya ke pelaminan. Tidak hanya itu, Neil mulai memanfaatkan Beth tanpa berani melakukan sebuah komitmen. Seorang editor koran gay bernama Mary Harris (Drew Berrymore) yang tengah mempromosikan usaha Conor, memberikan nasihat kepada kedua sahabatnya, Janine dan Beth, tentang tips cinta dan kasih sayang. Lalu, siapa dari tokoh-tokoh ini yang mendapatkan pasangan paling cocok? Bukan sekedar cocok saat ini saja, tapi untuk selamanya.


Rating: 6.5/10
Why?

Film romansa ini diangkat dari sebuah buku motivasi diri berjudul sama karya Greg Behrendt dan Liz Tuccillo. Tajuknya sendiri diinspirasi dari sebuah dialog khas serial Sex and the City. Produser Drew Barrymore berhasil meyakinkan deretan bintang, seperti Jennifer Aniston, Jennifer Connelly, Scarlett Johansson, Ben Affleck, Bradley Cooper, Justin Long, Kevin Connolly hingga Kris Kristofferson untuk terlibat dalam drama ini. Dengna karakter yang sangat banyak seperti ini plus plot dan sub plot yang terus bergerak sama kuatnya, penulis naskah Abby Kohn dan Marc Silverstein tampak kerepotan untuk mengaturnya menjadi tontonan yang dapat dinikmati.


Jangan dibandingkan dengan Love Actually yang ringan dan sanggup membuat penontonnya tertawa dan terharu sama enaknya, film ini menjelma menjadi monster cerita penuh masalah yang sulit diikuti memasuki setengah jam berikutnya. Bahkan dibandingkan dengan Love yang notabene produksi anak bangsa,  He’s Just Not That Into You juga terlalu dalam mengungkap masalah tanpa bisa memberikan jalan keluar yang menyegarkan, khsa sebuah film romantis. Menjejalkan banyak tokoh dengan porsi peran yang hampir sama besarnya (seperti dalam film-film Alm. Robert Altman) juga sudah membuat kita kehilangan kendali, siapa protagonis asli yang harus kita pegang dalam film ini.


Ada kecenderungan film ini memang diperuntukan bagi mereka yang bermasalah serupa dengan yang ditampilkan tokoh-tokohnya dalam film ini. Jika kita penonton yang tidak terlibat secara langsung, kesan yang muncul adalah sebuah rengekan masalah demi masalah percintaan yang justru dapat membuat kita menjadi paranoid terhadap apa yang banyak orang masih agungkan dalam kekuatan cinta dan kasih sayang. Apalagi dengan rengekan masalah itu berlangsung selama dua jam lebih.

Hanya deretan para cast yang dapat membuat saya sedikit tertarik untuk menonton film ini.


Sutradara: Ken Kwapis
Penulis: Abby Kohn & Marc Silverstein
Cast: Ginnifer Goodwin, Jennifer Aniston, Jennifer Connelly, Scarlett Johansson, Ben Affleck, Justin Long, Kevin Connolly, Kris Kristofferson, Bradley Cooper
Studio: New Line Cinema
Budjet: $ 26 Juta
Durasi: 129 Menit
Rilis: 6 Februari 2009

Coco Before Chanel

Sebuah kisah yang diambil dari perjuangan hidup Coco Chanel sebelum merengkuh kesuksesan di bidang Fashion. Masa kecilnya yang tidak seberuntung anak-anak seumurnya harus berpisah dari ibunya yang meninggal. Ditambah sang ayah justru menitipkan ia beserta kakaknya Adrienne ke sebuah rumah yatim piatu. Setiap hari selama 15 tahun berada disana, Gabrielle selalu berharap bahwa ayahnya akan datang menjenguknya. Tapi tidak sekalipun ayahnya muncul.

Setelah ia dan kakaknya meninggalkan panti asuhan tersebut, mereka berdua mencoba bertahan hidup dengan menjadi penyanyi di sebuah bar di wilayah Moulins. Pada setiap penampilannya, mereka menghibur para pengunjung dengan menari-nari dan menyanyikan lagu “wajib” Qui qu’a vu coco. Saking seringnya menyanyikan lagu yang sama membuat Gabrielle diberikan nama panggilan Coco.

Perjumpaan Coco dengan seorang bangsawan bernama Etienne Balsan membukakan jalan baginya untuk memasuki kehidupan sosialita dan memberikan peluang untuk mengembangkan bakatnya dalam mendesain topi-topi yang saat itu sedang menjadi mode. Namun saat ia jatuh cinta kepada seorang pebisnis asal Inggris, Arthur Capel (Boy), bukan cuma memberikan kebahagian saja tapi juga membuat perjalanan hidupnya semakin rumit. 

Dra-mantic-O-Meter: 8/10
Why?

Film yang mengkisahkan perjuangan dari nol dari seorang wanita yang teguh dan berbakat memulai perjalan hidupnya sebelum menjadi ikon fashion terkenal di dunia. Siapa yang tak kenal dengan Coco Chanel dengan rumah mode “Chanel”nya. Kisah nyata ini berhasil difilmkan oleh sang sutradara Anne Fontainne, wanita berkebangsaan Prancis yang dibantu oleh Camille Fontaine  dalam penggarapan naskahnya yang penuh dengan ironi kehidupan sekaligus inspiratif.

Before she was France's famous mademoiselle...
Pemilihan karakter Coco yang diberikan kepada Audrey Tautou sangat tepat. Audrey memang memperlihatkan kemampuan aktingnya dengan sangat prima dan tentu saja ditambah dengan pesona kecantikannya memikat setiap penonton. Tidak salah jika ia disegani oleh kalangan sinemator dan terkenal tidak hanya di negaranya saja tapi juga seantero dunia. 


Alessandro Nivola yang memang jarang sekali muncul dalam film-film produksi Hollywood ini, juga membuktikan kapasitasnya sebagai aktor kelas atas Eropa. Karakternya mampu menghidupkan suasana romantis, meski tidak terlalu terasa chemistry-nya dengan Audrey. Sementara Benoit Poelvoorde juga menampilkan akting yang baik meski terkesan kaku dalam memerankan seorang bangsawan yang dermawan.


Overall, film ini patut diberikan penghargaan Oscar, setidaknya untuk Audrey, namun sayang film ini hanya mendapat nominasi penghargaan Best Achievement in Costume Design saja. Film yang inspiratif dengan balutan drama romantis tapi tidak cengeng menjadi nilai lebih untuk film produksi diluar Hollywood. Saya pikir anda tidak akan menyesal dengan menyaksikan suguhan akting dan cerita yang berkualitas ini. Au revoir, Coco!!


Sutradara: Anne Fontaine
Penulis: Camille Fontaine
Cast: Audrey Tautou, Alessandro Nivola, Benoit Poelvoorde, Marie Gillain
Produksi: Canal +
Durasi: 105 menit
Rilis: 2009

Coraline

Gadis muda berambut biru, Coraline James (Dakota Fanning) bersama kedua orangtuanya (Teri Hatcher dan John Goodman) pindah ke sebuah mansion tua di Pink Palace Apartment di Ashland, Oregon. Suatu hari, Coraline menemukan pintu rahasia yang membawanya ke suatu tempat misterius. Coraline bertemu ibu dan ayah “asing” di dunia dengan nuansa mistis itu dan berinteraksi dengan tiga arwah anak-anak yang gentayangan.

Belakangan, Coraline sadar bahwa dirinya terjebak didunia dengan sejumlah karakter asing yang juga bayangan aslinya, termasuk bayangan tetangga barunya, Wybie (Robert Balley Jr.) si kucing hitam (Keith David) dan 2 saudari aneh (Jennifer Saunders dan Dawn French). Selain bertekad membebaskan 3 arwah yang disekap, Coraline harrus mengalahkan

Two Lovers


Film drama romantis berseting kota New York dimana tinggal seorang pria muda yang atraktif namun mengalami depresi akibat putus cinta dari kekasih terdahulunya. Hal itu pula lah yang membawa Leonard kembali tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Leonard yang berhasrat menjadi seorang fotografer, bekerja paruh waktu di laundry milik sang ayah. 

Orang tuanya yang prihatin atas keadaan Leonard, berinisiatif untuk membuatnya kembali “hidup” dengan mengenalkannya kepada putri dari teman mereka. Sandra, wanita muda yang menarik, cerdas dan ramah. Sebuah acara makan malam digelar untuk perkenalan kedua anak tesebut. Tak butuh waktu lama, Leonard pun mengharapkan pertemuan selanjutnya.

The Greatest

Setelah putra pertama mereka, Bennett (Aaron Johnson) meninggal dalam kecelakaan, Allen dan Grace (Pierce Brosnan dan Susan Sarandon) yang ditinggalkannya tidak mampu melanjutkan hidup setelah kematiannya. Tetapi ketika seorang wanita muda muncul beberapa bulan setelah kematiannya, Rose (Carey Mulligan) yang datang dalam kondisi mengandung bayi dari benih Bennett tiba di depan pintu mereka. 

Ketegangan, kegundahan, rasa sakit dan sedih akan kematian Bennett menghancurkan perasaan seluruh anggota keluarga, dan terpaksa menerima kehadirannya. Pada awalnya, kehadiran Rose dianggap menghancurkan hubungan keluarga ini, namun interaksi personal yang ia lakukan dengan masing-masing anggota keluarga Brewer membuktikan bahwa ia dapat menyatukan keluarga itu kembali serta menyembuhkan dari rasa sakit yang dialami mereka.

Great-O-Meter: 7/10
Why?

An Education


Setting film dibuat pada awal tahun 1960 an dimana gadis berusia 16 tahun Jenni Mellor tinggal bersama kedua orangtuanya di Twickenham, London. Jenni melakukan semua hal yang berkaitan dengan pendidikannya agar dapat diterima di Oxford, demi menuruti keinginan sang ayah yaitu agar kehidupan Jenni lebih baik dibanding ayahnya.

Suatu hari, dalam kondis basah saat hujan, seorang pria jauh lebih tua bernama David (Peter Sarsgaard) membantu Jenny pulang. Jenny  terkesan dengan selera David dalam musik, dan juga nya mobil yang sangat langka, berwarna merah marun.

Ttidak lama setelahnya, David meninggalkan seikat bunga di depan pintu keluarga Jenny, dan ketika mereka bertemu di tengah kota (dengan beberapa teman sekelasnya di belakangnya), ia mengucapkan terima kasih atas sikap baiknya David kemudian mengatakan bagaimana dia ingin mengajak Jenny ke sebuah konser musik. Jenny tidak yakin jika dia bisa mendapatkan izin, tetapi ketika David muncul dan seketika itu pula mampu membuat Ibu dan Ayah Jenny terkesan. Jenny menghabiskan waktu satu malam yang menyenangkan.

Tak lama kemudian, David mengatur untuk keluar malam dengan Jenny dan orang tuanya. Setelah berhenti di sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar, Jenny memeriksa glovebox untuk mencari rokok (tempat David biasa menyimpannya). Saat ia terus memilah-milah, serangkaian surat menarik matanya. Surat yang mengubah cara pandangnya terhadap David. Ketika David kembali ke mobil, ia meminta membawanya untuk pulang.

Jenni seorang gadis yang pintar,cantik, pekerja keras tapi juga memiliki bakat. Masalah utamanya adalah, sang ayah terlalu menekan Jenni akan pendidikan bahasa latinnya, ditambah hubungannya dengan David yang terlihat baik namun menyimpan misteri.

Learn-O-Meter : 8/10
Why?

Alfred Molina, Emma ThompsonCara Seymour, dan si cantik Rosamund Pike, bersama Peter Sarsgaard dan Carrey Mulligan menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat film. Disutradarai oleh sineas wanita asal Denmark Lone Scherfig, film berbudjet 4-5 juta Pounds ini mampu diarahkannya tanpa membuat penonton bosan. Nick Hornby sebagai penulis naskahnya, mengadaptasi dari sebuah memoir karya Lynn Barber, mampu diubahnya dengan sangat alami dan terlihat mudah diucapkan oleh para pemeran.


Meski masih terbilang baru, peran Carey Mulligan (yang memulai profesinya saat bermain di film Pride & Prejudice sebagai gadis polos yang penuh ambisi dan keingintahuan besar terbilang tepat. Tidak salah jika ia mendapat penghargaan British Independent Film Awards tahun 2009 sebagai Aktris Terbaik karena perannya ini.


Namun sayangnya durasi 100 menit masih terasa kurang panjang sehingga membuat film terlalu dipaksakan untuk mencapai ending nya. Padahal pelajaran yang kita dapat dari film ini sangat baik, yaitu pendidikan adalah yang hal utama, khususnya dikala berusia remaja.

Sutradara: Lone Scherfig
Penulis: Nick Hornby (screenplay), Lynn Barber (memoir)
Cast: Carey Mulligan, Peter Sarsgaard, Alfred Molina, Emma Thompson, Cara Seymour, Rosamund Pike
Produksi: BBC Films, Finola Dwyer Productions, Wildgaze Films
Rilis: Oktober 2009
Durasi: 100 Menit


Gigantic

Brian menjual kasur di sebuah toko seperti gudang. Ayahnya dan kedua Kakaknya telah sukses secara materi, sementara yang ia inginkan hanya seorang anak. Dia mencoba untuk mengadopsi bayi dari China lewat lembaga adopsi. 

Sementara itu seorang pria tunawisma tampak mengintai Brian dengan maksud tertentu. Ia bertemu Happy, putri dari seorang pelanggan kaya nyentrik yang membeli kasur di tokonya. Tanpa label hubungan apapun mereka menjalin komunikasi layaknya pasangan kekasih. 

Happy sempat muntah ketika dia mengetahui tentang ide adopsi Brian. Brian ingin Happy bertemu dengan keluarganya dan tentunya membina hubungan lebih jauh bersama anak yang diadopsinya, sementara Happy tidak siap. Apa yang akan Happy lakukan? Lalu siapakah Pria yang sering mengikuti kemana Brian pergi?

Giant-O-Meter: 7/10
Why?

Apakah kita pernah mendapatkan apa yang kita inginkan? Itulah yang Matt Aselton coba tunjukan lewat film pertamanya ini. Sebuah film yang minimalis namun kaya akan pembelajaran kehidupan. Humor dan romantis disajikan secara bergantian untuk menggambarkan kisah nyata tentang orang-orang dalam mengelola kegelisahan mereka. 

When it comes to family and relationships, there are no small surprises
Alasan yang tepat untuk kekhawatiran Brian memang tidak disajikan  secara gamblang namun hal tersebut terlihat dari karakter Brian yang diperankan Paul Dano. Sementara Happy dengan keluguannya mampu diperankan dengan pas oleh Zooey Deschanel

Namun sayangnya dengan durasi hanya 98 menit, tidak semua hal dapat dieksplor lebih banyak oleh kedua bintang tersebut. Sementara sang sutradara bersama Adam Nagata (writer) masih perlu mengasah kemampuannya, hal ini wajar sekali karena mereka berdua masih baru dalam dunia visual serta tujuan film ini memang bukan untuk komersial namun lebih ke jalur indie. 


Sutradara: Matt Aselton

Penulis: Adam Nagata

Cast: Paul Dano, Zooey Deschanel and John Goodman
Produksi: First Independent Pictures, Epoch Films, Killer Films
Rilis: Juni 2009
Durasi: 98 Menit

The Blind Side

Berdasarkan kisah nyata, pasangan Leigh Anne dan Sean Tuohy yang mengadopsi tunawisma remaja Afrika-Amerika, Michael "Big Mike" Oher. Michael tidak tahu siapa ayahnya sementara ibunya adalah pecandu narkoba. Michael tidak terlalu baik dalam pendidikan formal tetapi memilik bakat untuk membantunya belajar. Leigh Anne segera mengambil alih tanggung jawab sebagai orangtua Namun, seperti sifatnya dalam film ini (perfeksionis), ingin memastikan bahwa anak tersebut memiliki kesempatan untuk berhasil. 

Ketika ia menyatakan minat pada American Football, dia mencoba semua cara untuk membantunya, termasuk memberikan beberapa ide kepada pelatih Football sekolahnya, tentang bagaimana cara terbaik untuk menggunakan kemampuan Michael. Mereka (keluarga Tuohy) tidak hanya memberikan dia sebuah rumah nyaman, tetapi juga menyewa seorang tutor untuk membantunya meningkatkan nilainya agar ia bisa mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas yang diinginkan keluarga barunya tersebut.

Blind-O-Meter: 9/10
Why?

The Rebound

The Rebound
Seorang wanita berusia 40 tahun, cantik dan cerdas, menemukan bukti perselingkuhan sang suami dari video ulang tahun anaknya. Sandy (Catherine Zeta-Jones) pergi meninggalkan rumahnya memulai kehidupan barunya dengan pindah ke kota New York beserta kedua anaknya. Karena mendapatkan pekerjaan yang membuat dia tidak memiliki waktu luang untuk mengurus anaknya, memaksa dia untuk menyewa seorang pengasuh anak. Dia memilih Aram (Justin Bartha), seorang pelayan kafe berusia 25 tahun yang bekerja di bawah apartemennya.

500 Days Of Summer

Sebelumnya hidup Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt) tampak baik-baik saja. Namun, setelah Summer Finn (Zooey Deschanel) datang dalam hidupnya, semua menjadi berubah. Meskipun secara fisik Summer terbilang rata-rata di hampir segala hal, tampaknya Summer selalu menarik perhatian orang, Tom tahu itu.  

Tom jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu di tempat dia bekerja, dimana Summer menjadi asisten bosnya yang baru. Segera, Tom tahu bahwa ia adalah wanita yang diinginkannya untuk menghabiskan sisa....