Tampilkan postingan dengan label 2011. Tampilkan semua postingan

We Bought A Zoo

Benjamin Mee adalah seorang petualang yang sangat cinta akan pekerjaannya sebagai seorang wartawan. Tugasnya dalam mengulas sebuah berita tetap dilakukannya meski terkadang ia harus berhadapan langsung dengan maut. Tetapi profesinya tersebut harus berhenti setelah sang istri, Katherine meninggal karena sakit, dan mengharuskannya mengurus kebutuhan kedua anaknya, Dylan dan Rosie. Dylan yang dalam masa menuju usia dewasa, terpukul karena kepergian sang ibu, sementara adiknya, Rosie yang berusia 7 tahun lebih tabah dalam menghadapi kenyataan yang terjadi.

Benjamin terlihat tidak siap dengan status ayah sekaligus ibu bagi kedua anaknya. Meski ia terus diberikan perhatian oleh sang kakak, Duncan, nyatanya Ben tetap sulit untuk melupakan istrinya sampai-sampai ia menolak ajakan sang kakak untuk mengobrol di sebuah restoran yang ternyata adala tempat pertama Ben bertemu dengan katherine. Suatu ketika, ia memutuskan untuk pindah rumah karena tetangga sebelah mereka mengadakan pesta yang mengganggu tidur Rosie, dalam benak Ben ia ingin membahagiakan Rosie.

Maka pencarian tempat tinggal baru mereka segera dimulai bersama Stevens yang juga baru menjalani profesinya sebagai agen properti. Dari sekian banyak rumah yang dilihat ternyata tidak ada yang klop dengan pilihan Rosie, sampai akhirnya Rosie memberikan secarik kertas berisi gambar sebuah tempat yang ia inginkan yang ternyata adalah sebuah tempat tinggal lengkap dengan halaman luas penuh dengan aneka macam binatang yang bisa kita tebak bahwa itu adalah sebuah kebun binatang.

Yeaayy.. We Bought a Zoooo...
Sesuai dengan tujuan utama Ben yang ingin melihat Rosie bahagia atau tepatnya tertawa riang, ia pun berani ambil resiko menempati rumah barunya serta menjadi pemilik kebun binatang tersebut. Bertemu dengan para staff nya seperti Kelly, Robin beserta capuchin-nya, Peter MacCready, hingga Lily. Bersama-sama mereka menghidupkan kembali tempat tersebut menjadi kebun binatang tersohor di wilayah yang jauh dari kota itu.

The Rosemoor Zoo Park Staff
We're Mee's. The Psyched Family
Namun tidak semudah yang ia pikirkan sebelumnya, ternyata hidup barunya tersebut menguras pundi-pundi uangnya. Membeli makanan, merawat hewan yang sakit hingga renovasi disana-sini membuat ia kelimpungan. Kemudian belum lagi permintaan dari seorang penilai kelayakan sebuah kebun binatang, Walter Ferris yang macam-macam. Hingga akhirnya ia tidak memiliki uang sama sekali alias Nol. Katherine yang telah meninggal ternyata masih memberikan perhatian yang besar kepada suami dan kedua buah hatinya. Sebuah hadiah yang tak disangka-sangka sudah disiapkan mendiang istri untuk suaminya tersebut. Hadiah apakah itu? Bagaimana kelanjutan hidup keluarga Mee beserta kebun binatangnya?
Animals or Humans? Ani-Mans
AniMans-O-Meter: 8.5/10
Why?

Kisah yang mengambil pengalaman nyata dari seorang Benjamin Mee ini jika anda lihat dari nama dari kebun binatang dalam film ini bukanlah yang sebenarnya. Dalam film diberi nama Rosemoor Zoo Park, namun nama sebenarnya adalah Dartmoor Zoo yang berada di Kota Plymouth, Inggris.

Dartmoor Zoo in Plymouth, Britain
Cameron Crowe kembali menyutradarai sebuah film sejak terakhir memegang kendali film Elizabethtown pada warsa 2005 lalu. Sepertinya ia tertarik mengubah cerita nyata Benjamin Mee menjadi sebuah tontonan keluarga yang menghibur. Bersama Alice Brosh McKenna, Crowe menulis naskahnya. Crowe mencoba mempusatkan pada sosok Benjamin yang inspiratif. Seperti sudah menjadi kebiasaannya dalam setiap filmnya, Crowe selalu memunculkan peran seorang orang tua tunggal/single parent. Meski film-filmnya agak sulit diterima pasar, namun sosok sutradara yang lahir 13 Juli 1957 ini selalu menjadi pujian para kritikus. Seperti yang ia katakan pada sebuah wawancara, "Well, people who love it, love it. And people who don't love it, they don't love it a lot. And that's fine. It always goes back to, "Why did you make that movie?" It was a pure thing for me."

Crowe and the Mee's Family
Untuk deretan cast nya, Crowe memilih Matt Damon, si agen pembunuh dari trilogi Bourne sebagai pemeran Benjamin yang sebelumnya direncanakan diberikan kepada Ben Stiller. Matt memerankan seorang ayah tunggal yang berusaha untuk membahagiakan kedua anaknya, meski ia sering memaksakan kehendaknya. Matt juga mampu menunjukan sosok yang tangguh meski didalam hati dan pikirannya sulit melupakan istrinya. Bukan masalah baginya yang sering mendapat peran sebagai aktor laga memerankan pria yang lebih humanis. Anda akan menjumpai sosok Ben yang hampir setengah cerita menjadi porsinya, namun begitu saya tidak merasa bosan sama sekali, karena hal itu justru membawa saya memahami kegalauan Benjamin dan cerita film ini secara keseluruhannya. Dan berangkat dari hal tersebut, saya pikir pemilihan peran utama kepada Matt sangatlah tepat.

The real Benjamin Mee and Matt
Beralih kepada pemeran wanitanya, setelah melalui serangkaian audisi yang diikuti Amy Adams, Mary Elizabeth Winstead dan Rachel McAdams, peran Kelly Foster sebagai kepala staff kebun binatang menjadi milik si cantik Scarlett Johansson. Wanita yang dikisahkan berusia 28 tahun (dan kenyataannya seperti itu) mampu memerankan seseorang yang mandiri dan optimis, meski awalnya agak ragu dengan kedatangan Ben dapat membawa perubahan bagi kebun binatang yang ia kelola selama beberapa tahun. Sosok Kelly dimunculkan -layaknya film-film drama holywood lainnya- sebagai penyeimbang cerita dengan plot orang tua tunggal dan seperti bisa kita tebak sebelumnya, hal-hal romantis akan berkembang. Meski porsi yang diberikan kepada wanita keturunan negara Denmark ini tidak terlalu banyak, tapi setidaknya ia tetap berakting baik.

How Cute she is
How cute They are?!
Sementara peran anak laki-laki Benjamin, diberikan kepada Colin Ford. Untuk satu orang ini memang namanya belum terlalu familiar di telinga penonton Indonesia. Tapi jika dilihat dari karir aktingnya, Colin yang baru menginjak usia 16 tahun ini sudah banyak tampil di beberapa episode serial televisi seperti, Hawaii Five-O, CSI: Miami, Family Guy hingga Supernatural. Jadi jika dilihat dari deretan film tersebut, tidak ada keraguan bagi anda untuk menikmati peran sebagai Dylan yang digambarkan seorang anak yang kehilangan arah dan kasih sayang dari ayahnya.

The Promising Actress
Poin tinggi justru saya berikan pada pemeran Rosie Mee. Maggie Elizabeth Jones seperti menyihir saya saat penampilannya yang polos (namanya juga anak kecil), menggemaskan namun juga cerdas. Memang ia kurang dikenal sekarang, tapi saya memiliki keyakinan ia akan menjadi salah satu aktris terkenal dalam 10 tahun kedepan. Sosoknya yang ceria mampu membangkitkan perasaan bahagia setiap penontonnya. Apalagi saat ia tertawa, Make her more cute.


Satu peran lagi yang (kembali) menjadi "pemanis" dalam film produksi 20th Century Fox ini, yaitu tiada lain adalah Elle Fanning, memerankan Lily Miska, seorang anak berusia 13 tahun yang juga salah satu staf kebun binatang. Tidak ada yang luar biasa dari penampilannya, tapi paras cantiknya akan membuat anda para pria (normal) menyukainya. Adik kandung dari Dakota Fanning ini memang baru menginjak usia 14 tahun tapi siapa sangka ia diprediksi akan mengungguli sang kakak dalam beberapa tahun mendatang. Salah satu adegan yang saya sukai dalam film ini adalah saat Dylan dalam kondisi hujan lebat menghampiri Lily melalui jendela kamar. Well, I must admit, I was a bit mellow... hahaha.

One of my fav scene

Sebuah film yang menarik dan anda tidak akan menyesal menghabiskan 2 jam dengan kisah yang inspiratif, menghibur dan bakal membuat anda merasakan sebuah ending yang mengharukan sekaligus membahagiakan. Well done, lads!


Sutradara: Cameron Crowe
Penulis: Aline Brosh McKenna, Cameron Crowe
Cast: Matt Damon, Scarlett Johansson, Thomas Haden Church, Colin Ford, Maggie Elizabeth Jones, Angus Macfadyen, Elle Fanning, Patrick Fugit, John Michael Higgins
Produksi: 20th Century Fox Film Corporation
Rilis: 23 Desember 2011
Durasi: 124 Menit

Machine Gun Preacher

Sam Childers adalah seorang pengguna narkoba pecandu alkohol pengendara motor dari Pennsylvania. Setelah dibebaskan dari penjara, ia menemukan bahwa istrinya telah menyerah pekerjaannya sebagai penari telanjang, karena dia telah menjadi seorang Kristen yang taat. Akhirnya, setelah hampir membunuh seorang gelandangan malam sebelumnya, istrinya membujuk dia untuk pergi ke gereja dengannya di mana dia akhirnya bertobat. Atas dasar itu pula Sam menemukan pekerjaan dalam bidang konstruksi. Ketika ia bertemu seorang pendeta dari Afrika, ia memutuskan untuk mengunjungi benua yang terkenal panas itu. Sam melakukan perjalanan ke Uganda Utara dan Sudan Selatan berkali-kali dan membangun sebuah panti asuhan untuk korban kekejaman Lord Resistance Army (LRA). Selanjutnya, ia bertarung bila diperlukan dan menjadi legenda dikenal sebagai The Preacher Machine Gun. adalah obat-berurusan mantan biker pria tangguh yang menemukan Tuhan dan menjadi pejuang untuk ratusan anak-anak Sudan yang telah dipaksa menjadi tentara.

Kemudian, dalam perjalanan misionaris ke Uganda untuk membangun rumah bagi pengungsi, ia meminta salah satu tentara SPLA (Sudan People's Liberation Army) mengawasi mereka untuk membawanya dalam perjalanan ke utara, ke Sudan. Tentara itu memperingatkan dia bahwa itu adalah zona perang, tetapi atas desakan Sam mereka pergi. Mereka tiba di sebuah tenda medis di Sudan, sebagai temannya bergerak dari bicara datang untuk beberapa orang, Sam dirayu oleh seorang dokter wanita berambut merah untuk membantu mengangkat seorang perempuan Sudan lipless ke meja pemeriksaan. Malam itu ketika mereka berbaring di tempat tidur mereka di stasiun bantuan, mereka mendengar suara-suara di luar, ketika mereka melihat keluar Sam dan tentara itu melihat banyak anak berkerumun di Sudan untuk tidur di luar gedung.

Why those Kids came in the night?
Tentara itu menjelaskan bahwa orang tua mereka mengirim mereka untuk tidur di sana karena lebih aman daripada tinggal di desa mereka sendiri. Sam membangunkan anak-anak dan membuat mereka tidur di kamar mereka untuk malam. Hari berikutnya mereka mengikuti anak-anak kembali ke desa mereka hanya untuk mendapati LRA membakarnya dan membunuh orang tua mereka. Lalu salah satu anak berjalan setelah anjingnya dan mati setelah menginjak ranjau darat yang tersembunyi. Sam kemudian memutuskan untuk membangun sebuah panti asuhan untuk anak-anak Sudan Selatan. Setelah panti asuhan dibangun, LRA menyerang di malam hari dan membakarnya ke tanah. Sam kemudian telepon rumah, memberitahu istrinya apa yang terjadi dan bahwa dia menyerah. Dia mengingatkan bahwa anak yatim telah mengalami lebih buruk tetapi mereka tidak menyerah, dan bahwa ia tidak boleh menyerah dan memberitahu dia untuk membangun kembali panti asuhan.

Why don't you fight the evil in this place your way, and let me fight it mine.
Suatu malam setelah panti asuhan dibangun kembali, ia dan teman-temannya dari SPLA diserang di perjalanan oleh LRA, mereka berhasil mengusir dari kekuatan kecil LRA yang menyerang mereka. Mereka kemudian mencari daerah dan menemukan sekelompok besar anak-anak Sudan bersembunyi di parit tidak jauh dari jalan, karena mereka tidak dapat mengambil semua anak dalam satu perjalanan, Sam memilih untuk mengambil orang-orang yang memerlukan perhatian medis bersama dengan beberapa orang lainnya pada perjalanan pertama mereka kembali ke ophanage tersebut. Namun, setelah kembali ke tempat secepat mungkin dia bisa, dia menemukan bahwa LRA membakar orang-orang yang ditinggalkannya. Hal ini dari sini ia memimpin serangan bersenjata untuk menyelamatkan anak dari LRA.

Hope is the greatest weapon of all.
Film ini merupakan adaptasi dari riwayat hidup Sam Childers "Another Man Wars". Meskipun mempusatkan mengenai Childers, adegan dimulai di Sudan Selatan, di mana LRA menyerang sebuah desa. Adegan pembukaan ditempatkan ke konteks cerita kemudian dalam film. (sumber: imdb)

Machina-O-Meter: 7/10
Why?

Film yang berdasarkan kisah nyata seorang pria Amerika yang juga sudah dijadikan sebuah otobiografi berjudul "Another Man's War" ini menyuguhkan sebuah sajian yang menarik dan tidak membosankan. Meski pusat cerita film ini tertuju pada Sam sendiri, namun Marc Foster yang pernah menyutradarai Finding Neverland dan Monster's Ball mampu mengubah kisah seorang Sam menjadi gambar bergerak yang penuh rasa kegetiran seorang manusia atas apa yang terjadi di negara Sudan. Bersama Jason Keller yang menulis film Mirror Mirror yang akan segera rilis ini berhasil bekerja sama dalam proyek kemanusian nan religius ini.

Gerard, Michelle and Sam Childers
Jika dilihat dari pemeran utamanya, Sam Childers yang diperankan Gerard Butler rasanya tidak perlu anda ragukan lagi kemampuannya. Kurang lebih 50 Film telah ia bintangi dan sekitar 11 filmnya lagi yang akan rilis medio 2012-2014. Tidak ada yang kurang dari aktor kelahiran Inggris dalam memerankan sosok pria dari dunia hitam yang bertransformasi menjadi penganut Kristen yang humanis dan peduli kemanusiaan. Dalam segi Action, ia sudah terbiasa dengan adegan tembak menembak, tapi yang patut diacungi jempol adalah bagaimana ia juga berinteraksi dengan anak-anak afrika yang tidak ia kenal sama sekali namun ia sayangi berbarengan dengan keyakinan nya akan Tuhan.

Michelle Monaghan yang memerankan Lynn sang istri meski tidak terlalu kentara perannya namun ia sudah pernah bermain dalam peran yang hampir sama di Gone Baby Gone pada 2007 lalu, sehingga ia tidak terlalu canggung bermain karakter istri yang terus memberikan dukungan bagi sang suami. Disisi lain ia pun wanita yang membutuhkan sosok suami yang selalu berada di sisi nya tapi dilain waktu ia harus terus mendukung demi keyakinan yang dianutnya.

Machine Gun Preacher ini memang bukan hiburan semata yang bisa disaksikan dengan penuh keriangan dan tawa. Film ini menunjukan sisi kepedulian dan kemanusiaan yang tinggi disaat keadaan dunia maupun masyarakatnya yang seperti mulai apatis terhadap fenomena gila di sekitarnya. So, you should watch it lads!


Sutradara: Marc Forster
Penulis: Jason Keller (diangkat dari Novel Sam Childers "Another Man Wars")
Staring: Gerard Butler, Michelle Monaghan dan Michael Shannon
Produksi: Relativity Media, Virgin Produced
Budget: $30 juta
Durasi: 129 Menit
Rilis: September 2011

Drive

Seorang pria yang penuh misteri dan tanpa banyak bicara harus menghadapi situasi yang akan mengubah kehidupannya. Berprofesi sebagai mekanik di sebuah bengkel, Kid (Ryan Gosling), yang biasa dipanggil oleh sang pemilik bengkel Shannon (Bryan Cranston), juga sebagai stuntman dalam film yang mengharuskan adanya adegan menggunakan mobil. Karena kelihaian mengemudinya tersebut, tak ayal membuat ia juga bekerja paruh waktu sebagai supir yang mengantarkan para penyewa dirinya untuk melakukan aksi di malam hari. Baginya, bisnis selama 5 menit itu menjadi kepuasan tersendiri selain dari segi uang.

Demi menjaga kerahasian dirinya serta tidak dicurigai orang lain, maka ia pun berpindah-pindah tempat tinggal. Hingga ia menemukan satu apartemen yang murah dan sepi -yang memungkinkan dirinya untuk meminimalisasi kontak dengan para penghuni apartemen tersebut. Namun tak terbayangkan sebelumnya olehnya, seorang tetangga bernama Irene (Carey Mulligan) istri dari seorang napi yang akan segera bebas beserta sang anak Benicio (Kaden Leos) mengubah alur hidupnya. Dimulai dari pertemuan mereka di sebuah supermarket dimana mobil yang dikendarai Irene dan Benicio mengalami kerusakan. 

Irene yang mobilnya diderek ke bengkel Shannon, membuat Driver memberikan ibu dan anak itu tumpangan pulang. Semenjak itu, Kid mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Irene dan Benicio, hingga kemudian menemui suami Irene, Standard (Oscar Isaac), ketika dia keluar dari penjara. Ternyata Permasalahan Standard belum berakhir. Memilikia utang sejumlah uang perlindungan kepada seorang gangster sewaktu di penjara, Cook (James Biberi) beserta komplotannya menghajar Standard dan mengancam untuk mendatangi Irene dan Benicio, jika Standard tidak setuju merampok sebuah toko gadai untuk membayar utangnya tersebut.

Some Heroes Are Real

Kid yang tidak rela Irene dan Benicio berada dalam keadaan bahaya, setuju untuk membantu Standard melunasi utangnya dengan mengemudikan dia ke dan dari toko gadai. Bersama Blanche (Christina Hendricks), wanita simpanan Cook, juga berpartisipasi dalam aksi perampokan itu.

Namun pekerjaan mereka menjadi berantakan, dan Standard ditembak mati oleh pemilik toko gadai saat ia menuju ke arah mobil. Kid dan Blanche melarikan diri beserta uang rampokannya, tapi sebuah mobil mengikuti mereka. Kid berhasil menghindari kejaran mereka dan bersembunyi di sebuah kamar motel. Kid menemukan fakta bahwa jumlah uang hasil rampokkan jauh lebih besar dari yang direncanakan.
Getting to be around Her was the best thing that ever happened to Him.
Setelah Kid mengancam Blanche, ia mengatakan kepadanya bahwa mobil yang mengejar adalah Cook dan sudah merencanakan untuk menghianati Kid dan Standard, mengambil uang tersebut untuk diri mereka sendiri. Dua anak buah Cook menyerang mereka di kamar motel, menewaskan Blanche dan melukai Kid sebelum akhirnya ia membunuh mereka berdua. Maslah semakin rumit setelah Kid mengetahui bahwa seorang bos mafia, Bernie Rose (Albert Brooks) serta tangan tangannya, Nino (Ron Perlman) juga memiliki kepentingan atas uang yang telah dirampoknya tersebut.

Apa yang akan dilakukan Kid untuk melindungi Irene dan Benicio dari kejaran para bandit tersebut sementara ia hanya sendirian?

Dri-Ma-O-Meter: 8/10
Why?

Tidak banyak yang mengetahui sepak terjang sang sutradara, Nicolas Winding Refn sebelumnya. Namun berkat kemampuannya mengolah naskah gubahan dari novel yang berjudul sama karya James Sallis, membuat popularitasnya melejit. Ia mampu mengkolaborasikan antara aksi dan drama, Unsur kekerasan yang sadis ditutupi oleh sisi humanis dan kelembutan yang ditampilkan sosok Kid atau Driver. Karya Nicolas sebelumnya bisa dibilang tidak terdengar sama sekali oleh telinga para penikmat film Indonesia, hal itu dikarenakan ia adalah seorang penulis naskah dari film di negeranya, Denmark. Meski begitu, Karya-nya yang satu ini bisa dikatakan sangat baik untuk ukuran sineas yang baru muncul namanya.


Jika dilihat dari segi para pemerannya, menjadi catatan penting adalah seorang Ryan Gosling yang piawai menjalankan tokoh Kid/Driver yang berkarakter tanpa ampun, cenderung kasar, antisosial dan dingin justru mengeluarkan sikap tenang, lembut, humanis dihadapan Irene. Disatu saat ia menghajar kepala seorang pria hingga (maaf) "pecah" dan dilain waktu ia menjadi sosok ayah yang baik. Luar biasa aktingnya, karena itulah saya menilai Ryan Gosling (seharusnya) pantas masuk -minimal- nominasi Academy Awards 2012. Nah salah satu adegan berkesan menurut saya adalah pada saat di lift, dimana Kid mendorong Irene untuk berada dibelakangnya memiliki dua arti, antara mencoba menciumnya atau melindunginya atau bisa juga keduanya.

Best Scene Ever
Kemudian Irene yang diperankan Carey Mulligan sangat pas. Tampilan Carey yang anggun nan menawan (ini penilaian subjektif lho..hehehe) sesuai dengan karakter yang iaperankan disini. Chemistry nya dengan Ryan sangat terasa saat anda saksikan meski anda bukan seorang kritikus dan juga meski tanpa ada sedikitpun ucapan kata "Love", sayang atau kalimat-kalimat yang biasa terucap di film lainnya pada saat adegan yang hampir sama. Jika anda perhatikan, tidak banyak dialog diantara keduanya, karena menurut sang Sutradara itu memang bagian dari film itu sendiri, Less talk just Eye Contact. Makanya sering sekali adegan mereka hanya saling tatap satu sama lain. Dan menurut saya itulah yang membuat film ini semakin terkesan unik.

Staring Means Everything
Penulis naskah Hossein Amini bekerja sama dengan James Sallis untuk mengejewantahkan isi Novel menjadi gambar bergerak. Hasil karya gubahan Hossein ini sendiri membuat dirinya dinominasikan dalam penghargaan Academy Awards ke 84 untuk kategori "Best Writing Adapted Screenplay". Sementara James Sallis terinspirasi oleh Walter Hill dengan film Driver tahun 1978 ketika ia menulis buku tersebut dan kemudian diubah menjadi sebuah film, sehingga Anda hampir bisa mengatakan, Drive merupakan remake tidak resmi dari film Driver.

Selain dari segi akting serta cerita, Drive juga dijejali musik yang enak didengar. Hampir setiap orang yang telah menonton film ini, setuju dengan pendapat saya. Oleh karena itulah film ini saya sebut Komplit.


Sengaja saya tidak menunjukan trailer dari Drive, karena hal itu justru akan membuat anda yang belum menontonnya akan mengetahui jalan ceritanya. Akan lebih baik jika anda menonton film nya secara penuh. Sebagai gantinya saya cantumkan potongan video dengan backsound dari Soundtrack berjudul Real Hero dari College.

Sutradara: Nicolas Winding Refn
Penulis: Hosein Amini, James Sallis (Novel "Drive")
Cast: Ryan Gosling, Carey Mulligan, Albert Brooks, Oscar Isaac, Ron Perlman, Bryan Cranston, Christina Hendricks, Kaden Leos
Produksi: Bold Films
Budjet: $15 Juta (estimasi)
Durasi: 100 Min
Rilis: 8 Desember 2011

Crazy Stupid Love

Seorang pria berusia 40-tahunan, Cal Weaver (Steve Carell) hidup layaknya seperti sebuah mimpi. Memiliki pekerjaan yang baik, rumah mewah, anak-anak yang hebat dan menikahi kekasih sejak SMA-nya.

Namun malang nasib Cal ketika mengetahui bahwa istrinya, Emily (Julianne Moore), telah berselingkuh dan menginginkan bercerai, hidupnya yang "sempurna" dengan cepat memudar. Lebih buruk lagi, hidup sendirian(single) di dunia saat ini, Cal, yang tidak berkencan dalam beberapa tahun, mendapati dirinya sangat buruk untuk memulai kembali. Kini Cal menghabiskan waktu luangnya di malam hari dengan merajuk sendirian di sebuah bar.

Namun muncul seorang pria mapan usia 30-tahunan dan berpenampilan menarik yang mampu menaklukan wanita, bernama Jacob Palmer (Ryan Gosling) yang terus mengamati tingkah laku Cal yang sering membicarakan tentang masalah perceraiannya ke semua orang di bar tersebut selama dua hari berturut-turut.

Jacob melihat Cal dan memaksanya untuk menerima tawaran bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri serta penampilan Cal. Jacob menjelaskan bahwa ia membatu Cal karena ia teringat pada seseorang. Dalam upaya untuk membantu Cal memulai kembali hidupnya, Jacob membuka mata Cal dengan memberikan banyak pilihan menggoda di depannya: perempuan seksi serta cantik. Jacob memberikan nasihat jitu bagi Cal. Cal akhirnya mampu menaklukan para wanita yang ditemuinya layaknya keahlian sang mentor.


Namun seorang Jacob pun ternyata tidak mampu memluluhkan hati seorang wanita yang menarik perhatiannya. Hannah (Emma Stone) yang akan menjadi seorang pengacara sama sekali tidak terpesona oleh penampilan Jacob, ia justru sedang jatuh cinta kepada kekasihnya Richard (Josh Groban) dan memiliki harapan bahwa ia dilamar pada saat pesta perpisahannya. Namun akhirnya ia harus menelan kekecewaan mendalam karena Richard sama sekali tidak melamarnya dan mengatakan belum memikirkan soal hubungan yang lebih jauh.

Namun, bukan hanya Cal, Jacob dan Emily saja yang sedang dalam pencarian cintanya, anak Cal yang berusia 13-tahun, Robbie, tergila-gila kepada babysitter-nya, Jessica yang berusia 17 tahun, mencoba dengan segala cara layaknya seorang anak laki-laki yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta tidak mampu membuat Jessica tertarik. Menariknya, Jessica justru malah menaksir Cal yang dinilainya sebagai sosok ayah yang luar biasa dalam menangani anak-anaknya.


Meskipun telah melakukan perombakan dalam hidupnya, Cal dengan perjalanan barunya sebagai penakluk wanita, tetap ada satu hal yang tidak bisa ia pungkiri adalah suara hatinya, yang tampaknya tetap menuntunnya kembali ke tempat ia memulai. Lalu bagaimana kelanjutan hidup Cal? Apakah Jacob mampu menaklukan Hannah? Serta kenapa Jacob mau membantu Cal?

Cra'pidlove-O-Meter: 8/10
Why?

Penulis yang menjadi Sutradara, duo John Requa dan Glenn Ficarra memiliki sejarah panjang menulis naskah bersama-sama, dan pada 2009 mereka pertama kalinya membuat langkah besar dengan mengarahkan film I Love You, Philip Morris, yang dibintangi Jim Carrey dan Ewan McGregor. Meski belum banyak film yang diproduksi mereka, namun kemampuan mereka memindahkan tulisan dari naskahnya Dan Fogellman yang pernah menulis untuk 2 film dari Pixar, Cars dan Cars2 bisa dinilai baik. Meski didalamnya terdapat banyak masalah disetiap tokohnya, tapi Crazy Stupid Love sama sekali tidak berubah menjadi rengekan layaknya He's Just Not That Into You. Mereka berhasil menampilkannya sangat lancar.



Kemudian patut diancungi jempol pula karena mereka berdua mampu mengajak Julianne Moore, Ryan Gosling, Emma Stone, Kevin Bacon, Marisa Tomei hingga Josh Groban untuk ikut proyek Steve Carell ini. Bukan hal mudah tentunya untuk tetap menjaga film drama ini tidak keluar dari jalur tema cinta sementara genre yang ditawarkan adalah drama romantis komedi. 

Sengaja saya tidak menjelaskan lebih jauh kelanjutan film ini karena anda akan menemukan jawabannya pada 30 menit terakhir film ini. Banyak hal yang akan membuat anda semua tersenyum-kalau tidak ingin dibilang tertawa- pada adegan-adegan yang akan terjadi. Tidak ada kekonyolan dari Steve yang biasanya anda saksikan dalam film terdahulunya atau adegan Ryan Gosling dalam Blue Valentine, Film ini sangat menarik dan anda tidak akan menyesal setelah menonton-nya. It's 100% Crazy, 100% Stupid and 100% Love.

Oh iya satu lagi, ada sebuah lagu latar yang sangat pas dalam adegan dimana mereka semua merasa "jatuh" dalam masalah masing-masing berjudul Revenge yang dibawakan oleh Danger Mouse & Sparklehorse. Well, I loved that song and scene!!

Studio: Warner Bros. Pictures
Sutradara: Glenn Ficarra, John Requa
Penulis: Dan Fogelman
Cast: Steve Carell, Ryan Gosling, Emma Stone, Julianne Moore, Marisa Tomei, Kevin Bacon, John Carroll Lynch, Jonah Bobo, Analeigh Tipton, Josh Groban, Liza Lapira, Joey King
Rilis: Juli 29, 2011

Midnight in Paris

Sebuah film komedi romantis tentang pasangan muda bernama Gil dan Inez yang berlibur ke Paris bersama orangtua Inez yang melakukan perjalanan bisnis. Gil yang berprofesi sebagai penulis novel memiliki keinginan untuk menetap di Paris. Sosok pria yang sulit bersosialisasi dengan orang asing-terutama dengan Paul. Sementara dialin pihak, calon istrinya Inez berkeberatan dengan keinginan Gil karena ia tidak ingin meninggalkan kehidupan Amerika dan Hollywood-nya.

Dalam suatu malam disaat Gil mabuk, sekumpulan orang mengajak ia masuk kedalam mobil klasik untuk ikut ke sebuah pesta. Alangkah kaget dan tidak percayanya Gil saat mengetahui ia bertemu dengan sosok penulis dan seniman macam Ernest Hemingway, Scott dan Zelda Fitzgerald, Gertrude Stein hingga Pablo Picasso.

Entah mimpi ataupun nyata, Gil mencoba meyakini kejadian yang dialaminya tersebut. Seolah mencari penjelasan, Gil kembali ke tempat ia bertemu dengan orang-orang yang mengajaknya semalam. Bel jam pun berdenting, dan woalaa.. ia kembali melihat mobil yang sama dengan yang dinaikinya kemarin malam.

Tanpa disangka ia bertemu dengan seorang wanita cantik, elegan dan cerdas bernama Adriana. Semakin Gil mengenalnya semakin kuat pula perasaannya kepada Adriana. Meski ia berencana menikah dengan Inez, Gil justru menemukan sosok wanita yang memahami dirinya akan "obsesi"nya pada kota Paris. Maka setiap malam hari, Gil selalu menuju tempat yang sama demi bertemu Adriana, dan yang paling penting Gil dapat memuaskan obsesinya untuk berada pada masa Renaissance di tahun 1920 tanpa memperdulikan lagi kehidupan nyata nya.

Sang calon mertua John, yang curiga dengan kelakuan Gil yang selalu meninggalkan mereka setiap malam menjelang dengan menyewa jasa detektif untuk mencari tahu kebenarannya. Namun sang detektif urung menemukan jawabannya karena ia terjebak kehidupan masa lampau tersebut.

Experiences than can change their lives
Orang-orang ini terlibat dalam keadaan penuh kebimbangan dan dipaksa untuk menerima ilusi bahwa kehidupan yang berbeda dari yang biasanya mereka jalani justru lebih baik dibanding kehidupan mereka masing-masing pada kenyataannya.

La'lun-O-Meter: 7.5/10
Why?

Film yang dipertunjukan di Cannes Film Festival 2011 ini diberikan kehormatan sebagai film pembuka dari ajang tersohor tiap tahunan ini. Beragam tanggapan atas film yang dikabarkan harusnya melakukan proses syuting pada tahun 2006 lalu namun terkendala akibat biayanya yang terbilang mahal.

Para kritikus agak lebih ramah terhadap Midnight in Paris daripada komentar mereka terhadap film-film Allen terdahulu. Variety menyebut komedi ini "daya tarik populis yang tak dapat ditolak". Adapun Daily Telegraph mengklaimnya sebagai "film terbaik Allen sejak Vicky Cristina Barcelona".(kompasinteraktif)

This is not a movie, this is a art
Seperti biasa, karya Woody allen itu selalu sangat "seni". Unsur hiburan tidak terlalu muncul tapi jika dilihat dari segi artistik dan plot, dia adalah salah satu maestro terbaik. Layaknya dalam film Vicky Cristina Barcelona dia menampilkan keindahan latar kota Paris dengan pemandangan alam, bangunan-bangunan tempo dulu serta lampu-lampu jalan yang menghiasi disetiap malam  ataupun hujan di siang hari menambah ke-romantisan kota "cinta" tersebut.

Deretan bintang yang berperan didalamnya pun sangat mumpuni. Sebut saja Michael Sheen, Marion Cotillard, Rachel McAdams, Kathy Bates, Adrien Brody hingga sang istri Presiden Prancis, Carla Bruni menjadi jaminan kualitas atas dari film yang berdurasi 100 menit ini. Pemilihan pemeran utama Owen Wilson menurut saya cukup berani dilakukan sang sutradara. Seperti kita ketahui, Owen adalah spesialis drama-komedi, sebuah perjudian besar tatkala film artistik diisi oleh dia. Namun setelah saya menyaksikan aksinya, membuat saya harus mengakui pilihan Woody sangat tepat.

Amiable scene
Anda mungkin akan bertanya-tanya dengan ending nya-saya sebenarnya sudah bisa menebak- yang menggantung khas Woody. Namun secara keseluruhan film ini pantas diganjar piala Oscar. Salah satu fakta menjadi alasan saya kenapa film ini berhak mendapat penghargaan, $55 juta berhasil diraup hingga 30 Oktober berdasarkan Imdb.com padahal jauh sekali dengan budjet awalnya yang sekitar $17 juta saja


Sutradara: Woody Allen
Penulis: Woody Allen
Bintang: Owen Wilson, Marion Cotillard, Rachel McAdams, Kathy Bates, Carla Bruni, Adrian Brody
Studio: Sony Pictures Classic
Budjet: $17 Juta
Rilis: 20 Mei 2011
Durasi: 100 Menit

The Help

The Help mengkisahkan tiga wanita dengan karakter yang sangat berbeda, para wanita luar biasa yang tinggal di Mississippi pada tahun 1960an. Berdasarkan kisah dari novel karya Kathryn Sockett, The Help memfokuskan kepada plot Diskriminasi Ras, Eksploitasi manusia serta nilai-nilai keberanian.

Mereka membangun sebuah persahabatan yang tidak seperti biasanya, dengan adanya proyek menulis rahasia yang –sebenarnya- melanggar aturan-aturan sosial dan menempatkan mereka semua pada resiko besar.

Berawal dari tali persahabatan yang tidak mungkin, justru muncul dan berubah menjadi sebuah persaudaraan yang luar biasa eratnya. Persahabatan yang menanamkan nilai keberanian untuk melampaui batas/aturan yang dibuat serta didefinisikan oleh mereka, dan kesadaran bahwa kadang-kadang batas/aturan dibuat sebagai "jembatan"-meski itu berarti membawa semua orang di kota tersebut berhadapan dengan perubahan zaman.

Perjuangan Skeeter (Emma Stone) dalam menghilangkan batas orang-orang ras kulit hitam dengan kulit putih tidak mudah. Mengawali sebagai penulis di sebuah kolom surat kabar lokal, ia mendapatkan tema yang sangat "menggangunya", sebuah RUU untuk menyediakan kamar mandi terpisah bagi orang berkulit hitam. Karena ia tidak mendapatkan "bantuan" yang sesuai, maka ia mencoba menggali informasi dari Aibileen Clark (Viola Davis) dan Minny Jackson (Octavia Spencer), keduanya adalah pembantu rumah tangga orang berkulit putih.

The era of discrimination based on color
Skeeter terus mencoba meski harus memohon kepada keduanya untuk menceritakan pengalaman mereka. Semua hal yang ia lakukan, perjuangannya membawa ia pada sebuah kenyataan bahwa anak-anak dari masyarakat berkulit putih mendapatkan perawatan dan perhatian dari para pembantu berkulit hitam. Dan mencoba menerangkan kepada orang kulit putih untuk menghargai jasa para pembantu tersebut.

Harus melalui rintangan yang terus menerpa mereka, apa yang terjadi selanjutnya dalam kehidupan masing-masing? Bagaimana mereka bertahan dari semua tekanan fisik maupun psikologis yang diterima mereka? Mungkin itulah kenapa Judul film ini "bantuan". Anda akan menemukan segala macam bantuan, baik itu yang positif maupun negatif.

Film rilisan Dreamworks ini menyuguhkan para aktris yang sedang menanjak popularitasnya, Emma Stone sebagai Skeeter, Viola Davis sebagai Aibileen dan Octavia Spencer sebagai Minny. Film ini akan membuat anda merasakan kesedihan dan kegetiran pada masa-masa perbedaan ras menjadi batas dalam kehidupan. 

Change begins with a whisper.
Penampilan yang cemerlang yang ditampilkan oleh Viola Davis dan Octavia Spencer, menjadikan film ini sebuah drama emosional, sedih, mengharukan, namun tetap menghibur. Sementara Emma Stone, yang pernah berperan dalam Zombieland, Friends With Benefits, serta Crazy Stupid Love ini meski agak tertup oleh dua peran diatas namun mampu menonjolkan nilai keberanian dan semangat.

Untuk Penyutradaraan-nya dipercayakan kepada Tate Taylor, seorang aktor yang belakangan ini merintis sebagai sutradara. Meski terbilang baru, Tate diyakini mampu menghadirkan dialog yang bermutu. Dan ternyata Tate adalah teman kecil dari penulis novel Kathryn Sockett sehingga ia bisa "memuntahkan" isi dari novel tersebut lebih banyak. Berdasarkan ulasan dari beberapa surat kabar di Inggris dan Amerika, film ini wajib untuk ditonton dan anda tidak akan menyesal setelahnya.

Sutradara: Tate Taylor
Penulis: Tate Taylor, Kathryn Sockett (novel)
Studio: DreamWorks Studios
Cast: Emma Stone, Viola Davis, Octavia Spencer, Bryce Dallas, Mike Vogel, Allison Janney, Sissy Spacek
Rilis: 10 Agustus 2011
Budjet: $25 Juta
Durasi: 137 menit

The Debt

Kisah thriller spionase dimulai pada tahun 1997, sebuahi berita mengejutkan diterima dua pensiunan agen rahasia Mossad, Rachel (Helen Mirren) dan Stephan (Tom Wilkinson) mengenai mantan rekan mereka, David (Ciaran Hinds).

Ketiganya dihormati dan diakui selama puluhan tahun oleh negara mereka karena misi yang mereka lakukan dahulu pada tahun 1966, ketika trio agen tersebut (digambarkan masing-masing oleh Jessica Chastain sebagai Rachel muda, Marton Csokas sebagai Stephan muda, dan Sam Worthington sebagai David muda) melacak penjahat perang Nazi bernama Vogel (Jesper Christensen) di Berlin Timur. Dengan resiko besar, dan dengan biaya pribadi yang cukup besar, misi tim itu dilakukan. Ketegangan dalam film ini terdapat dalam dua periode waktu yang berbeda, dengan aksi luar biasa dan penuh kejutan.

Disutradarai oleh John Madden yang telah menelurkan film berkualitas dan telah diganjar nominasi Oscar, Shakespeare in Love pada medio 1998 lalu. Sementara naskah diberikan kepada Matthew Vaughn dan Jane Goldman yang pernah menulis untuk Kick Ass dan X-Men: First Class serta Peter Straughan yang sebelumnya di belakang layar How to Lose Friends & Alienate People. Mungkin ini adalah film kedua Helen Mirren sebagai agen mata-mata setelah sebelumnya bermain di RED tahun lalu. Film ini setidaknya akan memberikan sentuhan aksi yang berbeda dibanding film terdahulu dengan tema yang sama. Penggabungan adegan flashback dalam film ini patut disaksikan dengan rentetan aksi laga yang akan memberi kenikmatan tersendiri.

Durasi: 104 Menit.
Sutradara: John Madden
Penulis: Jane Goldman, Matthew Vaughn & Peter Straughan
Rilis: Agustus 31, 2011 Wide
Studio: Focus Features
Cast: Helen Mirren, Sam Worthington, Jessica Chastain, Jesper Christensen, Marton Csokas, CiarĂ¡n Hinds


Our Idiot Brother

Setiap keluarga pasti memiliki satu hal yang sama: saudara yang selalu tertinggal dibelakang ketika mencoba untuk mendapatkan hidupnya bersama-sama. Bagi ketiga saudara perempuan, Liz (Emily Mortimer), Miranda (Elizabeth Banks) dan Natalie (Zooey Deschanel), orang tersebut adalah saudara mereka yang selalu ceria, Ned (Paul Rudd). Ned adalah seorang petani organik yang dahulu sangat bergantung pada kejujuran manusia adalah hanya sekedar strategi untuk mencoba mempertahankan eksistensinya untuk terbebas dari masalah.

Ned mungkin benar-benar kehilangan akal sehat, meskipun begitu dia adalah saudara laki-laki mereka satu-satunya. Setelah diputuskan oleh pacarnya dan ditendang keluar dari peternakan tempat ia bekerja, para saudara perempuannya sekali lagi datang untuk menyelamatkannya.

Secara bergantian Liz, Miranda dan Natalie masing-masing mengambil giliran merawat Ned, komitmen persaudaraan yang dimiliki diantara mereka tak pernah padam untuk menciptakan nilai kejujuran walau kekacauan dalam rutinitas mereka yang nyaman-sebelumnya muncul. Namun seiring dengan terungkapnya hidup mereka masing-masing, keluarga Ned menyadari bahwa mungkin, dengan keyakinan dan kepercayaan orang-orang di sekelilingnya, Ned sebenarnya bukanlah orang idiot.
In believing and trusting the people around them
Film yang sudah ditunggu-tunggu bagi para penggemar Zooey Deschanel ini akan disutradarai oleh Jesse Peretz. Nama yang masih terdengar asing dan belum banyak karyanya yang terkenal, karena ia lebih banyak mengarahkan film-film serial televisi. Sama halnya dengan para penulis naskahnya. Evgenia Peretz dan David Schisgall juga belum banyak membuat naskah yang menarik. Barangkali ini adalah pertaruhan bagi kelanjutan karir dari Elizabeth Banks (Definetely, Maybe) Zooey (500 Days Of Summer) dan Emily Mortimer (Shutter Island) serta si kocak Paul Rudd.


Sutradara: Jesse Peretz
Penulis: Evgenia Peretz, David Schisgall
Cast: Paul Rudd, Elizabeth Banks, Zooey Deschanel, Emily Mortimer, Hugh Dancy, Steve Coogan
Rilis: Agustus 26, 2011
Studio: The Weinstein Company
Durasi: 96 Menit.

Dont Be Affraid Of The Dark

Disaat seorang arsitek Alex Hurst (Guy Pearce) dan kekasih barunya Kim (Katie Holmes) memperbaiki interior rumah bergaya Gothic mereka, putri dari Alex, Sally (Bailee Madison) menyelidiki sejarah mengerikan bersamaan sudut-sudut gelap penuh misteri dari rumah tersebut. Penyelidikan yang dilakukan Sally dipicu oleh bisikan suara nan serak yang berkata kepadanya dari ruang bawah tanah, yang menjanjikan pemahaman dan persahabatan, yang begitu sangat lapar dan ingin segera dibebaskan.

Ketika Sally menyerah pada rasa ingin tahunya, ia membuka gerbang ke arah bawah tanah, tepatnya neraka dimana penuh dengan monster prajurit bermata bulat, cakar tajam muncul, dalam ukuran kecil namun dalam jumlah tak terbatas. Dihadapkan dengan horor yang sekarang mengancam untuk mengambil hidupnya dan menghancurkan keluarganya, Sally mati-matian mencoba untuk memperingatkan seluruh isi rumah, tapi hanya ada satu masalah: tidak ada yang percaya padanya. 

Seorang gadis muda dikirim untuk tinggal dengan ayahnya dan pacar barunya menemukan makhluk di rumah barunya yang mengklaim dirinya sebagai salah satu dari makhluk-makhluk itu. Film remake dari judul yang sama pada tahun 1973 lalu ini mencoba memberikan sentuhan CGI dalam aeberapa adegannya. Nama sineas kreatif nan kontroversial Guillermo Del Toro yang duduk sebagai penulisnya sedikit bisa meningkatkan nilai jual film ini. Meski banyak yang menilai bahwa film ini tidak akan lebih baik daripada karya orsinil John Newland terdahulu, namun patut kita nantikan kejutan-kejutan yang (mungkin) akan membuat bulu kuduk anda berdiri.

Darkest place they've been enter


Durasi: 100 Menit.
Sutradara: Troy Nixey
Penulis: Matthew Robbins, Guillermo del Toro
Rilis: Agustus 26, 2011 Wide
Studio: Miramax Films
Cast: Katie Holmes, Guy Pearce, Bailee Madison, Alan Dale, Jack Thompson, Julia Blake
Budget: 12,5 juta Dollar





Flypaper

Tripp Kennedy (Patrick Dempsey) menuju ke sebuah bank di dekat waktu tutup, Seorang teller bank melayani satu pelanggan terakhir, yaiut Tripp, yang ingin tagihannya $100 dipecah menjadi seperempat, dime, dan sen. Namun sepertiny dua geng yang berbeda tanpa sengaja berkumpul untuk merampok. Suara tembakan senjata pun meletus, dan Tripp mencoba menangani seorang teller bank yang cerdas dan cantik, Kaitlin (Ashley Judd), untuk melindunginya.

Geng-geng tersebut, satu terlihat jelas adalah seorang profesional sementara beberapa orang lainnya merupakan penjahat konyol dan bodoh harus menemui jalan buntu dalam aksinya. Sistem keamanan bank mengunci secara otomatis pada hari itu dan menyegel semua orang di dalam gedung. Saat malam tiba, permainan konyol kucing dan tikus terjadi, kemudian saat Tripp dan Kaitlin mencoba untuk menyelamatkan diri, melarikan diri agar tidak dibunuh, dan menghindari agar tidak ada rasa cinta diantara mereka berdua.


Durasi: 85 Menit
Sutradara: Rob Minkoff
Penulis: Scott Moore, Jon Lucas
Rilis: 19 Agustus 2011
Studio: IFC Films
Cast: Patrick Dempsey, Ashley Judd, Mekhi Phifer, Jeffrey Tambor, Tim Blake Nelson, Pruitt Taylor Vince

The Buffoons Robbers.